Oleh: Admi Syarif
Guru Besar Unila dan tukang tulis
Lampung – integritas-news-- Selamat malam gaes ! Apa kabar ? Semoga saja kabarnya ngggak kabur alias baik-baik saja.
Bagi ente remaja pada era 80-90-an pastinya tidak asing dengan yang satu ini, telepon umum alias telepon koin. Telepon umum ini biasanya identik dengan warna khas biru dan bisa kita junpai di berbagai tempat strategis. Untuk menggunakan telepon umum biasanya kita harus memasukan uang koin Rp. 100.-
Benda ini menjadi salah satu alat komunikasi paling canggih sebelum hadirnya telepon seluler. Pastinya, sahabat banyak kenangan indah yang tak mungkin terulang dengan telepon ini. Hari-hari penuh kenangan-kenangan indah masa remaja ataupun masa kecil yang takkan pernah terlupakan. Berbahagialah kita yang sempat merasakan telepon koin ataupun telepon kartu di masa hidupnya.
Ngomong-ngomong soal telepon umum, pastinya banyak pengalaman atau cerita unik dan menarik. Telepon koin seperti ini umumnya berwarna biru dan bergagang hitam. Saat itu, kita menggunakan telepon ini untuk menelpon teman atau menelpon kekasih hati.
Dengan memasukan koin 100 rupiah saja, kita sudah bisa puas teleponan sama alias PDKT si doi🤣. Yang paling berkesan pastinya saat buat janjian sama di doi pakai telepon ini he he he. Buat ente yang merantau dan pacaran jarak jauh alias LDR, telepon ini merupakan sarana pelepas rindu,
Saya sendiri merasakan keseruan dan memiliki kisah tersendiri dengan telepon koin. Cerita nostalgia saat SMA dan awal-awal kuliah di Bandung. Telepon koin biasanya sangat ramai digunakan ketika jam istirahat atau malam hari.
KIta pasti memiliki cerita dan pengalaman tersendiri selama menggunakan telepon umum. Mulai dari kisah kasih alias asmara hingga cerita mengambil uang koin dari telepon umum itu dengan cara mememukul alias menggebuknya. Pada masa ini, telepon umum ini menjadi alat komunikasi yang paling diandalkan untuk berbagai keperluan. Mulai dari seseorang yang pacaran jauh dan sesekali menggunakan telepon untuk melepas rindu, seseorang yang merantau.
Untuk menghubungi kekasih hati saat itu, bisa menghabiskan 10 koin receh Rp 100. Meski nggak ada pembicaraan yang penting-penting amat dan juga sering bertemu di sekolah he he he, tetap saja teleponan.
Ya dulu masih inget, seribuan kertas kita tukar dengan koin Rp 100. Pada masa itu kita juga sering menggunakan telepon umum untuk menghubungi radio kesayangan untuk request lagu atau kirim-kirim salam. Lumayan dari pada M3A, alias Malam Minggu Memble Aje.
Ada juga cerita ketika
koin yang kita masukan nyangkut, akhirnya dipukul-pukul deh itu telepon agar koinnya keluar.
Hmmm….xi xi xi sungguh masa-masa yang indah ya. pada saat malam minggu biasanya beberapa koin sudah kita siapkan agar bisa nelpon lama-lama. Niat hati biar bisa dimasukan sebelum telepon terputus. Tiba-tiba, “masih lama ya bang ? Gantian dong bang”, tanya orang yang dibelakang. He he he ternyata yang dibelakang sudah ada yang ngantri 😁😁. Cerita dong gaes gimana kenangan kalian dengan telepon ini.
Terakhir kapan ya pakai telepon ini gaes ? Banyak sekali ya. kenangan tak terlupakan dengan masa-masa itu. Sayang, akibat gempuran teknologi telepon umum koin saat ini tinggal sejarah. Untung saya masih ada koleksi meski tidak bisa digunakan lagi.
Hmmm jadi kangen ya dengan telepon umum yang sudah lama ditinggalkan. Bagi sobat yang mungkin kangen atau punya kenangan khusus tentang telepon ini, ente bisa datang ke Nuwono Tasya. Di sini bisa berfoto sambil menikmati kopi lahhang khas ulun Lappung.
Alhamdulillah, kita bisa berada di generasi tersebut dan kini juga bisa menikmati canggihnya teknologi tekepon saat ini. Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan...?
Foto: (Koleksi) Telepon umum yang masih berdiri tegak di Nuwono Tasya.
0 Comments